PERATURAN PIMPINAN PUSAT
NOMOR : 05/PPP/XVI/7354/VI/10
Tentang
TATA CARA PELANTIKAN PENGURUS
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
Bismillahirrahmanirrahim
Pimpinan
Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, setelah:
Menimbang : 1.
Bahwa untuk menjamin penyelenggaraan
organisasi dibutuhkan kepengurusan yang absah dan berkomitmen menjalankan tugas
dan kewajibannya;
2. Bahwa untuk menjamin keabsahan pengurus
dan menumbuhkan komitmen pengurus, diperlukan pelantikan pengurus;
3. Bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut,
maka perlu ditetapkan Peraturan Pimpinan Pusat tentang Tata Cara Pelantikan
Pengurus Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama.
Mengingat : 1.
Peraturan Dasar (PD) IPNU;
2. Peraturan Rumah Tangga (PRT) IPNU;
3. Peraturan Organisasi (PO) IPNU.
Memperhatikan : Rapat
Pleno PP IPNU tanggal 27 Oktober 2010.
Dengan
senantiasa memohon petunjuk Allah SWT,
Menetapkan : PERATURAN
PIMPINAN PUSAT IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA TENTANG TATA CARA PELANTIKAN
PENGURUS IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
BAB I
KETENTUAN UMUM
|
||
Pasal 1
Pengertian
|
||
Dalam
Peraturan Pimpinan Pusat ini yang dimaksud dengan:
1. Pimpinan
Pusat, selanjutnya disebut PP, adalah Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ulama.
2. Pimpinan
Wilayah, selanjutnya disebut PW, adalah Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama di seluruh Indonesia.
3. Pimpinan
Cabang, selanjutnya disebut PC, adalah Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama di seluruh Indonesia.
4. Pimpinan
Cabang Istimewa, selanjutnya disebut PCI, adalah Pimpinan Cabang Istimewa
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama di semua negara di mana IPNU berada.
5. Pimpinan
Anak Cabang, selanjutnya disebut PAC, adalah Pimpinan Anak Cabang Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama di seluruh Indonesia.
6. Pimpinan Ranting, selanjutnya disebut PR, adalah Pimpinan
Ranting Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama di seluruh Indonesia.
7. Pimpinan
Komisariat, selanjutnya disebut PK, adalah Pimpinan Komisariat Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama di seluruh Indonesia.
8. Pelantikan adalah upacara
pengambilan sumpah yang menandai dimulai suatu masa khirmat suatu kepengurusan.
9. Mekanisme
pelantikan adalah alur yang ditempuh dalam pelaksanaan pelantikan.
10. Prosesi
pelantikan adalah urutan acara dalam upacara pelantikan yang dilaksanakan
secara formal.
11. Pernyataan
pelantikan adalah pernyataan yang memandai dilantiknya suatu kepengurusan.
12. Naskah
pelantikan adalah naskah yang berisi ikrar pelantikan.
13. Ikrar adalah sumpah jabatan yang dibaca oleh setiap pengurus
pada saat pelantikan.
|
||
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
|
||
Pasal 2
Maksud
|
||
Tata Cara
Pelantikan Pengurus dimaksudkan sebagai pedoman teknis pelatihan pengurus IPNU
di semua tingkat dan berlaku secara nasional.
|
||
Pasal 3
Tujuan
|
||
Tata Cara Pelantikan Pengurus sebagaimana dimaksud pada Pasal 2 bertujuan
agar:
a. pelaksanaan upacara pelantikan lebih tepat, tertib dan teratur;
b. kepengurusan memiliki legitimasi kuat karena dilantik dengan ketentuan yang mengikat;
c. komitmen pengurus untuk menjalankan tugas dan
kewajibannya semakin tinggi karena adanya ikrar pengurus.
|
||
BAB III
RUANG LINGKUP
|
||
Pasal 4
Cakupan
|
||
Tata Cara Pelantikan Pengurus sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 2 mencakup:
a. mekanisme pelantikan;
b. proses
pelantikan;
c. ikrar
pelantikan.
|
||
BAB IV
MEKANISME PELANTIKAN
|
||
Pasal 5
Herarki Pelantikan
|
||
(1) Pada
dasarnya
pelantik adalah pimpinan yang mengesahkan kepengurusan.
(2) Pimpinan Pusat dilantik oleh Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama.
(3) Pimpinan Wilayah dan Pimpinan
Cabang dilantik oleh Pimpinan Pusat.
(4) Pimpinan Anak Cabang, Pimpinan
Ranting dan Pimpinan Komisariat dilantik oleh Pimpinan Cabang.
(5) Dalam hal ayat (3) dan (4) tidak
terpenuhi, maka pelantikan dilakukan oleh pimpinan setingkat di atasnya atau
pengurus NU pada tingkat yang bersangkutan.
(6) Khusus untuk Pimpinan
Komisariat Perguruan Tinggi, pelantikan dilakukan oleh Pimpinan Cabang.
|
||
Pasal 6
Penyelenggara dan Peserta Pelantikan
|
||
(1) Semua kepengurusan yang baru terbentuk pada setiap tingkat wajib menyelenggarakan
pelantikan sebagai awal dimulainya suatu masa khidmat.
(2) Pelantikan sebagaimana ayat (1) diikuti oleh semua anggota kepengurusan.
(3) Pelantikan
sebagaimana
ayat (1) dilakukan setelah kepengurusan tersebut mendapat pengesahan.
|
||
BAB V
PROSESI PELANTIKAN
|
||
Pasal 7
Penyelenggaraan Pelantikan
|
||
(1) Upacara pelantikan pada dasarnya
diselenggarakan dalam suatu acara formal yang khusus dilakukan untuk itu.
(2) Jika ayat (1) tidak terpenuhi, upacara
pelantikan bisa digabung dengan acara lainnya, selama tidak mengurangi
kehidmatan upacara.
|
||
Pasal 8
Manual Acara Pelantikan
|
||
Upacara pelantikan pada
dasarnya terdiri dari beberapa acara berikut:
a. pembukaan;
b. pembacaan ayat suci
al-Qur’an dan sholawat nabi;
c. lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mars IPNU;
d. acara inti pelantikan;
e. serah terima jabatan;
f. pidato sambutan;
g. do’a dan penutup.
|
||
Pasal 9
Lagu Kebangsaan dan
Mars IPNU
|
||
(1) Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars IPNU sebagaimana dimaksud
pasal 8 poin c dinyanyikan oleh semua peserta dan/atau dinyanyikan oleh
kelompok paduan suara dengan dipandu oleh seorang dirigen.
(2) Pada saat lagu kebangsaan Indonesia Raya
dan Mars IPNU dinyanyikan, hadiri diminta untuk berdiri.
|
||
Pasal 10
Acara Inti Pelantikan
|
||
(1) Acara inti pelantikan sebagaimana dimaksud
pada Pasal 8 poin d, berisi pembacaan surat pengesahan, pengambilan ikrar
pengurus, dan penyataan pelantikan.
(2) Seluruh acara inti pelantikan sebagaimana
ayat (1) dipimpin oleh pelantik sebagaimana diatur dalam Pasal 5.
(3) Pelantik membacakan surat pengesahan
tentang kepengurusan yang akan dilantik beserta susunan pengurus lengkap.
(4) Pelantik selanjutnya memanggil semua
pengurus yang menjadi peserta pelatikan untuk maju ke tempat pelantikan.
(5) Peserta pelantikan berbaris menghadap
kehadirin dengan ketua berada dibarisan paling kanan.
(6) Pelantik membacakan ikrar pelantikan
yang diikuti oleh segenap peserta pelantikan.
(7) Setelah pembacaan ikrar, pelantik
selanjutnya mengucapkan pernyataan pelatikan yang berbunyi: ”Dengan ini
pimpinan (disebutkan tingkat kepengurusan) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama
(disebutkan nama daerah kerjanya) dinyatakan dilantik dan sah menjadi
pengurus”.
(8) Pada saat pengambilan ikrar dan pernyataan
pelantikan, semua hadirin berdiri.
(9) Acara pelantikan sebaiknya diakhiri ucapan selamat dengan jabat tangan
dari pelantik dan tamu undangan seperlunya.
|
||
Pasal 11
Serah Terima Jabatan
|
||
(1) Serah terima yang dimaksud pada pasal 8
poin e, dilakukan dengan penyerahan secara simbolik dan/atau dengan penandatangan berita
acara serah terima dari pengurus lama kepada pengurus baru.
(2) Penyerahan dan penandatanganan disaksikan
oleh pengurus NU setempat, pelantik dan/atau pimpinan di atasnya.
|
||
Pasal 12
Pidato Sambutan
|
||
Pidato sambutan
sebagaimana dimaksud pasal 8 poin f adalah sambutan oleh ketua terlantik,
pengurus NU setempat, pelantik atau pimpinan di atasnya, serta jika
diperlukan pejabat pemerintah pada daerah yang bersngkutan.
|
||
Pasal 13
Pembacaan Do’a
|
||
Pembacaan do'a
sebagaimana dimaksud Pasal 8 poin g, dipimpin oleh seorang kyai dan sebaiknya
berisi doa untuk mendukung pengurus yang bersangkutan agar dapat menjalankan
tugas organisasi.
|
||
BAB VI
IKRAR PELANTIKAN
|
||
Pasal 14
Ikrar Pengurus
|
||
(1) Pada setiap pelantikan, pengurus yang
dilantik harus membaca ikrar pengurus.
(2) Ikrar sebagaimana ayat (1) berbunyi:
Bismillahirahmanirrahim
Asyhadu an laa ilaaha
illa Allah,
Wa asyhadu anna
Muhammadan rasulullah.
Rodlitu billahi robbaa
wabil Islaami diinaa,
Wa bi Muhammadi
nabiyyan warosuulaa.
Kami sebagai pengurus
.................(sebutkan tingkatan kepengurusan) Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ulama ............... (sebutkan nama daerah kerjanya) dengan sadar dan penuh
tanggungjawab dengan ini menyatakan :
Satu, menjunjung tinggi
martabat dan nama baik agama Islam serta berusaha mewujudkan terlaksananya
ajaran Islam yang berpaham ahlussunnah wal jama'ah di tengah-tengah
masyarakat.
Dua, siap
mempertahankan dan mengamalkan Pancasila.
Tiga, siap
menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
yang diridloi Allah SWT.
Empat, akan
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pengurus untuk kepentingan
organisasi dan masyarakat secara keseluruhan.
Lima, taat dan patuh
kepada Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Ikatan Pelajar Nahdlatul
Ulama.
La haula wala quwwata illa billahil aliyil adzim |
||
(3) Pembacaan
ikrar sebagaimana ayat (2) dipandu oleh pelantik dan diikuti oleh semua
peserta pelantikan.
|
||
BAB VII
KETENTUAN
PENUTUP
|
||
Pasal 15
Penutup
|
||
(1) Peraturan
Pimpinan Pusat
ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
(2) Agar
setiap pengurus
dan anggota IPNU mengetahui dan memahami Tata Cara Pelantikan Pengurus, maka
setiap tingkat kepengurusan IPNU diwajibkan menyosialisasikan Peraturan
Pimpinan Pusat ini.
|
||
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Dzulqa’dah 1431 H
27 Oktober 2010 M
|
||
PIMPINAN PUSAT
IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
|
||
AHMAD SYAUQI
|
KHAIRUL ANAM HS.
|
|
Ketua Umum
|
Sekretaris Jendeal
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar